Skip to main content

Virus Gondongan: Penyakit Menular yang Mengancam dan Cara Pencegahannya


Seorang wanita dengan pipi bengkak, gejala khas infeksi gondongan, memegang jarum suntik sebagai simbol pentingnya vaksinasi. Wajahnya ditandai dengan bintik-bintik yang mewakili penyebaran virus, diatur dalam latar klinis

Virus, adalah penyebab penyakit gondongan (mumps), salah satu infeksi virus yang sangat menular. Penyakit ini dikenal luas karena gejalanya yang khas, yakni pembengkakan kelenjar parotis di bawah telinga, menyebabkan wajah tampak bengkak pada satu atau kedua sisi. Gondongan sering dianggap sebagai penyakit ringan yang umum terjadi pada anak-anak, tetapi sebenarnya virus ini dapat mempengaruhi orang dewasa dan menimbulkan komplikasi serius.

Infeksi gondongan disebabkan oleh virus dari keluarga Paramyxoviridae, yang disebarkan melalui droplet pernapasan (percikan air liur) saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang belum divaksinasi, sehingga penanganan dan pencegahan melalui vaksin menjadi hal yang sangat penting.

Sejak diperkenalkannya vaksin MMR (campak, gondongan, dan rubella), kejadian gondongan telah berkurang secara signifikan di banyak negara. Namun, wabah kecil masih terjadi, terutama di daerah di mana cakupan vaksinasi rendah. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai virus gondongan, mulai dari karakteristik, gejala, penularan, komplikasi, hingga metode pencegahan yang efektif.

Karakteristik Virus Gondongan

Virus gondongan adalah virus RNA beruntai tunggal non-segmen yang termasuk dalam genus Rubulavirus dan keluarga Paramyxoviridae. Virus ini merupakan salah satu dari banyak virus yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan atau infeksi kelenjar pada manusia. Secara struktural, virus gondongan memiliki selubung lipid yang mengelilingi genomnya, yang mengandung protein penting seperti hemaglutinin-neuraminidase dan protein fusi yang berperan dalam infeksi sel inang.

Setelah masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan, virus gondongan menempel pada sel-sel di hidung dan tenggorokan menggunakan protein fusi dan hemaglutinin-neuraminidase. Protein ini memfasilitasi fusi antara virus dan membran sel inang, memungkinkan virus memasukkan materi genetiknya ke dalam sel. Sel inang kemudian diambil alih oleh virus untuk mereplikasi dirinya, menghasilkan lebih banyak partikel virus yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah.

Masa inkubasi virus gondongan, atau periode antara terpapar virus dan munculnya gejala, berkisar antara 16 hingga 18 hari, tetapi dapat bervariasi dari 12 hingga 25 hari. Pada tahap awal, virus biasanya menginfeksi kelenjar parotis, kelenjar air liur terbesar yang terletak di dekat rahang dan telinga. Meskipun kelenjar parotis merupakan target utama virus, gondongan juga dapat menyebar ke organ lain, termasuk sistem saraf pusat, pankreas, testis (pada pria), dan ovarium (pada wanita).

Gejala Virus Gondongan

Gejala gondongan bervariasi tergantung pada individu yang terinfeksi, tetapi ada beberapa tanda dan gejala yang umum terjadi pada mayoritas kasus. Berikut ini adalah beberapa gejala yang biasa muncul pada penderita gondongan :

 1. Pembengkakan Kelenjar Parotis 

Salah satu gejala yang paling khas dari gondongan adalah pembengkakan kelenjar parotis, yang terletak di bawah telinga. Pembengkakan ini bisa terjadi di satu sisi (unilateral) atau kedua sisi wajah (bilateral), menyebabkan tampilan wajah bengkak yang terlihat khas. Pembengkakan ini biasanya disertai rasa nyeri, terutama saat mengunyah atau menelan.

 2. Demam 

Gondongan sering disertai dengan demam ringan hingga sedang, yang dapat berkisar antara 38 hingga 40 derajat Celsius. Demam biasanya berlangsung selama beberapa hari dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman secara umum.

 3. Nyeri di Wajah atau Telinga

Pembengkakan kelenjar parotis biasanya menimbulkan nyeri di sekitar rahang dan telinga. Rasa nyeri ini dapat diperburuk oleh gerakan seperti mengunyah atau menelan, sehingga penderita gondongan sering mengalami kesulitan saat makan.

 4. Sakit Kepala dan Lemas 

Selain gejala-gejala fisik yang terlihat, penderita gondongan juga sering melaporkan merasa lemah, lelah, dan mengalami sakit kepala. Sakit kepala bisa disebabkan oleh peradangan di kelenjar parotis atau bahkan karena peradangan yang melibatkan sistem saraf pusat.

 5. Nyeri Otot (Myalgia) 

Banyak penderita gondongan juga mengalami nyeri otot, yang merupakan tanda bahwa tubuh sedang berjuang melawan infeksi. Nyeri otot biasanya terasa di bagian leher, punggung, dan bahu, serta dapat berlangsung selama beberapa hari hingga gejala lain mereda.

 6. Kehilangan Nafsu Makan 

Penderita gondongan sering kehilangan nafsu makan karena rasa tidak nyaman pada mulut dan tenggorokan, yang disebabkan oleh pembengkakan kelenjar air liur dan rasa nyeri yang menyertainya. Selain itu, demam dan kelelahan juga dapat berkontribusi pada hilangnya selera makan.

 7. Kelelahan Ekstrem 

Gejala umum lain yang muncul adalah kelelahan ekstrem, yang sering kali membuat penderita gondongan merasa lelah sepanjang hari meskipun tidak melakukan aktivitas berat. Kelelahan ini disebabkan oleh respons imun tubuh yang berusaha melawan infeksi virus. Meskipun gejala-gejala ini adalah yang paling umum, ada juga kasus di mana penderita gondongan tidak menunjukkan gejala sama sekali atau gejalanya sangat ringan sehingga tidak terdiagnosis. Ini dikenal sebagai infeksi subklinis, di mana individu yang terinfeksi dapat tetap menularkan virus meskipun mereka tidak merasa sakit.

Komplikasi Serius Akibat Virus Gondongan

Sementara gondongan umumnya dianggap sebagai penyakit ringan, komplikasi serius dapat terjadi, terutama pada orang dewasa yang terinfeksi. Beberapa komplikasi dapat berdampak jangka panjang dan bahkan berpotensi mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan baik. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat timbul dari infeksi gondongan :

 1. Orkitis 

Pada pria, salah satu komplikasi yang paling umum dari gondongan adalah orkitis, yaitu peradangan pada testis. Orkitis biasanya terjadi pada pria yang telah melewati masa pubertas dan ditandai dengan pembengkakan testis yang sangat nyeri, disertai demam tinggi. Sekitar 15 hingga 30% pria yang terinfeksi gondongan setelah pubertas mengalami orkitis. Dalam beberapa kasus, orkitis dapat menyebabkan kerusakan jaringan testis dan, dalam kasus yang jarang, mengarah pada infertilitas (kemandulan).

 2. Ooforitis dan Mastitis 

Pada wanita, gondongan dapat menyebabkan peradangan pada ovarium, yang dikenal sebagai ooforitis. Sekitar 5% wanita yang terinfeksi gondongan setelah pubertas mengalami ooforitis, yang dapat menyebabkan nyeri perut bagian bawah dan demam. Meskipun ooforitis jarang menyebabkan infertilitas, kondisi ini bisa sangat menyakitkan. Selain itu, gondongan juga dapat menyebabkan mastitis, yaitu peradangan pada jaringan payudara, meskipun kasus ini lebih jarang terjadi.

 3. Pankreatitis 

Gondongan juga dapat menyebabkan pankreatitis, yaitu peradangan pada pankreas. Gejala pankreatitis termasuk nyeri perut yang parah, mual, muntah, dan demam. Meskipun pankreatitis akibat gondongan jarang terjadi, kondisi ini memerlukan perhatian medis segera karena dapat menjadi parah jika tidak diobati.

 4. Meningitis Virus 

Meningitis virus adalah salah satu komplikasi serius yang dapat timbul dari infeksi gondongan. Sekitar 10% penderita gondongan dapat mengalami meningitis, yaitu peradangan pada membran yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Gejala meningitis termasuk sakit kepala yang parah, leher kaku, demam, dan sensitivitas terhadap cahaya. Meskipun meningitis virus biasanya lebih ringan dibandingkan dengan meningitis bakteri, tetap saja kondisi ini membutuhkan penanganan medis yang tepat.

 5. Ensefalitis 

Dalam kasus yang lebih jarang, virus gondongan dapat menyebabkan ensefalitis, yaitu peradangan pada otak. Ensefalitis adalah kondisi yang sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Gejala ensefalitis meliputi kejang, kebingungan, koma, dan perubahan perilaku.

 6. Tuli 

Salah satu komplikasi yang paling ditakuti dari gondongan adalah kehilangan pendengaran, yang disebabkan oleh kerusakan saraf di telinga bagian dalam. Meskipun kasus ini jarang terjadi (sekitar 1 dari 20.000 kasus gondongan), tuli permanen dapat menjadi hasil dari infeksi gondongan yang parah. Kerusakan ini biasanya terjadi pada satu telinga dan dapat berlangsung seumur hidup.

Penularan Virus Gondongan

Virus gondongan ditularkan melalui droplet pernapasan, yaitu percikan air liur atau lendir yang dihasilkan saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Droplet ini dapat mendarat di permukaan, tangan, atau langsung masuk ke dalam saluran pernapasan orang lain melalui hidung atau mulut. Virus juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti gelas, piring, atau alat makan yang digunakan oleh orang yang terinfeksi.

Penularan virus gondongan dapat dimulai beberapa hari sebelum gejala muncul dan berlangsung hingga lima hari setelah pembengkakan kelenjar parotis dimulai. Karena sifat penularan yang cepat, virus gondongan sering menyebabkan wabah dalam lingkungan yang padat, seperti sekolah, asrama, atau kampus. Pada populasi yang tidak divaksinasi, penyebaran virus dapat berlangsung dengan sangat cepat dan menyebabkan sejumlah besar kasus dalam waktu singkat. Oleh karena itu, penting untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat untuk mengurangi penularan virus ini.

Faktor Risiko Gondongan

Meskipun vaksin MMR telah secara signifikan mengurangi jumlah kasus gondongan di banyak negara, beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang tertular virus gondongan. Beberapa faktor risiko tersebut meliputi :

 1. Tidak Divaksinasi 

Faktor risiko terbesar untuk terkena gondongan adalah tidak menerima vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) atau hanya menerima satu dosis vaksin. Individu yang tidak divaksinasi memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk terinfeksi virus gondongan, terutama dalam situasi di mana terjadi wabah.

 2. Kontak Dekat dengan Orang yang Terinfeksi

Karena virus gondongan menyebar melalui droplet pernapasan, berada dalam jarak dekat dengan seseorang yang terinfeksi meningkatkan risiko tertular. Tempat-tempat seperti sekolah, kampus, atau asrama sangat rentan terhadap wabah karena populasi yang padat dan interaksi yang sering antarindividu.

 3. Lingkungan Padat 

Wabah gondongan sering terjadi di lingkungan yang padat seperti kampus universitas atau barak militer, di mana individu berbagi ruang bersama dan sering berinteraksi. Lingkungan semacam ini memberikan kesempatan ideal bagi virus untuk menyebar dengan cepat.

 4. Penurunan Kekebalan Tubuh

Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah atau sedang mengalami gangguan kekebalan lebih rentan terhadap infeksi gondongan. Kekebalan yang menurun dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti kemoterapi atau terapi imunosupresan.

5. Usia

Meskipun gondongan sering menyerang anak-anak, orang dewasa juga dapat terinfeksi virus ini, terutama jika mereka belum divaksinasi. Infeksi gondongan pada orang dewasa sering kali lebih parah dan berisiko lebih tinggi menimbulkan komplikasi serius seperti orkitis atau meningitis.

 6. Perjalanan ke Daerah Berisiko Tinggi 

Bepergian ke negara-negara atau wilayah dengan cakupan vaksinasi rendah dapat meningkatkan risiko terpapar virus gondongan. Di beberapa negara berkembang, akses terhadap vaksinasi masih terbatas, dan wabah gondongan lebih umum terjadi. Oleh karena itu, wisatawan yang pergi ke daerah-daerah tersebut harus memastikan bahwa mereka telah divaksinasi penuh sebelum melakukan perjalanan.

Metode Diagnosis Gondongan

Mendiagnosis gondongan biasanya dilakukan berdasarkan gejala klinis yang khas, terutama pembengkakan kelenjar parotis yang disertai demam dan nyeri. Namun, karena beberapa infeksi virus lain dapat menyebabkan gejala yang mirip, tes laboratorium sering diperlukan untuk memastikan diagnosis gondongan. Beberapa metode diagnosis gondongan meliputi:

 1. Pemeriksaan Fisik 

Dokter biasanya dapat mengenali gondongan berdasarkan pemeriksaan fisik, terutama jika pasien memiliki pembengkakan kelenjar parotis yang khas. Selain itu, dokter akan menanyakan riwayat gejala yang dialami pasien, seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, untuk memperkuat diagnosis.

2. Tes Darah 

Tes darah dapat digunakan untuk mengukur tingkat antibodi spesifik terhadap virus gondongan. Jika seseorang baru saja terinfeksi, tubuhnya akan menghasilkan antibodi imunoglobulin M (IgM) sebagai respons terhadap infeksi. Peningkatan kadar IgM dalam darah menunjukkan adanya infeksi gondongan akut.

 3. Tes PCR (Polymerase Chain Reaction)

Tes PCR adalah metode yang sangat sensitif untuk mendeteksi materi genetik virus gondongan dalam sampel dari pasien, seperti air liur, cairan serebrospinal, atau urine. Tes ini dapat memberikan konfirmasi definitif dari keberadaan virus gondongan, terutama dalam kasus di mana gejala klinis tidak jelas.

 4. Kultur Virus

Virus gondongan juga dapat diisolasi dan diperbanyak dalam laboratorium menggunakan kultur sel dari sampel pasien, seperti air liur atau urine. Meskipun metode ini jarang digunakan karena membutuhkan waktu yang lebih lama, kultur virus masih menjadi salah satu cara untuk memastikan diagnosis gondongan.

 5. Tes Cairan Serebrospinal (Jika Meningitis Dicurigai)

Jika pasien mengalami gejala yang menunjukkan keterlibatan sistem saraf pusat, seperti sakit kepala parah atau leher kaku, dokter mungkin akan melakukan pungsi lumbal untuk mengambil sampel cairan serebrospinal (CSF). Cairan ini kemudian akan diuji untuk menentukan apakah terdapat tanda-tanda infeksi, termasuk keberadaan virus gondongan yang dapat menyebabkan meningitis.

Pengobatan Gondongan

Saat ini, tidak ada pengobatan khusus untuk mengobati gondongan, dan infeksi ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Pengobatan gondongan berfokus pada pereda gejala dan menjaga agar pasien merasa nyaman selama masa pemulihan. Berikut beberapa langkah pengobatan dan perawatan yang biasanya direkomendasikan :

 1. Istirahat Total 

Istirahat sangat penting bagi penderita gondongan untuk membantu tubuh melawan infeksi. Pasien dianjurkan untuk menghindari aktivitas fisik yang berat hingga gejala mereda, biasanya sekitar satu hingga dua minggu.

 2. Obat Pereda Nyeri

Obat pereda nyeri, seperti parasetamol atau ibuprofen, dapat membantu mengurangi demam, sakit kepala, dan nyeri otot yang terkait dengan gondongan. Penggunaan aspirin pada anak-anak harus dihindari karena risiko Reye's syndrome, sebuah kondisi yang serius dan berpotensi fatal yang dapat terjadi setelah infeksi virus.

 3. Kompres Dingin

Mengompres area yang bengkak dengan kain dingin atau kantong es dapat membantu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada kelenjar parotis. Kompres dingin sebaiknya digunakan beberapa kali sehari selama 15 hingga 20 menit untuk hasil yang optimal.

 4. Minum Banyak Cairan

Pasien gondongan sering kali kehilangan nafsu makan, sehingga penting untuk memastikan mereka tetap terhidrasi dengan baik. Minum banyak air atau cairan lain dapat membantu mencegah dehidrasi, terutama jika pasien mengalami demam.

 5. Makanan Lunak

Karena mengunyah dapat menyebabkan rasa sakit pada kelenjar parotis yang bengkak, disarankan untuk mengonsumsi makanan lunak dan mudah dikunyah, seperti sup, bubur, atau smoothie. Makanan yang asam atau pedas sebaiknya dihindari karena dapat memperburuk nyeri di kelenjar air liur.

 6. Hindari Kontak dengan Orang Lain

Pasien yang terinfeksi gondongan harus menghindari kontak dekat dengan orang lain, terutama mereka yang belum divaksinasi, hingga setidaknya lima hari setelah pembengkakan kelenjar parotis muncul. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus kepada orang lain.

Pencegahan Gondongan : Pentingnya Vaksinasi

Vaksinasi merupakan langkah paling efektif dalam mencegah infeksi gondongan. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) memberikan perlindungan yang tinggi terhadap ketiga penyakit tersebut, termasuk gondongan. Program vaksinasi global telah secara drastis mengurangi insiden gondongan di seluruh dunia, meskipun masih ada beberapa wabah kecil yang terjadi terutama di daerah dengan tingkat cakupan vaksinasi rendah.

 1. Vaksin MMR 

Vaksin MMR biasanya diberikan dalam dua dosis. Dosis pertama diberikan pada anak-anak ketika mereka berusia antara 12 hingga 15 bulan, dan dosis kedua biasanya diberikan antara usia 4 hingga 6 tahun. Dua dosis vaksin ini memberikan perlindungan hingga sekitar 88% terhadap gondongan.

 2. Kampanye Vaksinasi

Kampanye vaksinasi yang agresif, terutama di daerah yang mengalami wabah atau memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang rendah, sangat penting dalam mencegah penyebaran gondongan. Di negara-negara berkembang atau wilayah yang sulit dijangkau, program vaksinasi yang terorganisir dapat membantu mengurangi jumlah kasus gondongan secara signifikan.

 3. Booster Vaksin

Pada beberapa orang, kekebalan terhadap gondongan yang diperoleh melalui vaksinasi dapat berkurang seiring waktu. Oleh karena itu, pada kelompok risiko tinggi atau dalam situasi wabah, dosis booster vaksin MMR dapat direkomendasikan untuk meningkatkan kekebalan.

 4. Hindari Kontak dengan Pasien yang Terinfeksi 

Untuk mencegah penularan, individu yang telah terpapar virus gondongan harus menghindari kontak dekat dengan orang lain, terutama mereka yang belum divaksinasi. Karantina diri selama beberapa hari setelah munculnya gejala sangat penting untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Virus gondongan adalah penyebab penyakit gondongan, sebuah infeksi virus yang sangat menular dan dapat menyebabkan berbagai gejala mulai dari pembengkakan kelenjar parotis hingga demam dan nyeri otot. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, gondongan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang dewasa atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasar.

Comments